Kamis, 15 Mei 2014

Gunung Fafinesu



Gunung Fafinesu merupakan salah satu gunung berpotensi dari sekian gunung lainnya di Kabupaten Timor Tengah Utara. Secara geografis gunung ini Terletak di Kabupaten TTU Kecamatan Insana Fafinesu dengan bentangan posisi berada di enam wilayah administratif, yaitu wilayah desa Fafinesu, Fafinesu A, Fafinesu B, Fafinesu C, Banuan dan desa Oenain. Letak astronomisnya adalah antara 9°37′ LS dan 124°56′ BT. Gunung Fafinesu terdiri dari dua bagian puncak yaitu Fatu Atoni dan Fatu Bifel. Puncak yang paling tinggi oleh masyarakat setempat menamainya dalam bahasa dawan Fatu Atoni yang artinya Batu Laki-laki. Dinamakan Batu Laki-laki karena mata air yang dihasilkan oleh gunung ataupun batu ini menyerupai seorang laki-laki yang membuang air kecil. Ada dua mata air utama dari fatu atoni ini yaitu mata air oe kia yang menghadap ke arah timur, dan mata air oe saina menghadap ke utara. sedangakan puncak terendah dinamakan Fatu Bifel yang berarti Batu Wanita, dinamakan Batu Wanita dikarenakan mata airnya menyerupai seorang wanita yang membuang air kecil dan menghasilkan banyak air dimana mata air ini disebut oe tasi naek.
Gunung Fafinesu adalah gunung jenis stratovolcano pasif yang berada di antara enam wilayah pedesaan. Kawasan ini berada di dataran yang tinggi. selain keindahan panorama alamnya, ke enam desa ini juga kaya akan budayanya. Inilah yang menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat setempat, maupun masyarakat pendatang. Kata “Fafinesu”  berasal dari  bahasa Dawan yang terdiri dari dua kata yaitu Fafi dan Nesu. Fafi berarti Babi, Nesu berarti pintu, jadi Fafinesu berarti Pintu Babi. Mungkin inilah beberapa kata yang terlintas dalam pikiran kita, dan tentunya kita bertanya-tanya mengapa sampai dinamakan gunung fafinesu. Kata-kata itu seolah memiliki daya magnet tersendiri bagi pendengarnya yang tidak hanya terbatas pada masyarakat setempat maupun masyarakat pendatang.
Legenda Gunung Fafinesu dalam cerita masyarakat setempat, diceritakan bahwa pada jaman dulu raja Liurai dari Lakaan dan raja Sonbai dari Mutis Babnain datang mengunjungi raja Insana (raja Usfinit), raja liurai dan Sonbai melihat gunung Fafinesu dan tertarik akan keindahan panoramanya. Kedua raja ini lalu bertanya pada raja Usfinit untuk memastikan apakah ada penghuni di atas gunung fafinesu, raja Usfinit mengatakan bahwa ada penghuni di atas gunung fafinesu. Lalu ketiga raja itu pergi ke puncak gunung fafinesu untuk menemui penghuni gunung tersebut. Disana tinggallah seorang kakek yang miskin bernama Nai Mol Tote bersama adiknya Bantanu. Nai Mol Tote dan adiknya menyambut ketiga raja ini kemudian mempersilahkan duduk di gubuk milik sang kakek. Sang kakek kebingungan sambil memikirkan apa yang harus ia berikan pada ketiga raja sementara ia tidak memiliki harta benda apapun. Lalu Nai Mol Tote menyuruh Bantanu adiknya untuk memanggil fafi (babi), sekejap mata batu-batu yang ada di depan pintu gubuk berubah menjadi babi. Bantanu menangkap babi-babi tersebut untuk dijadikan santapan daging mereka bersama ketiga rajanya itu. Sedangkan santapan nasinya adalah dua butir beras berwarna merah dan putih. Dua butir beras itu lalu dimasak dalam buin (periuk yang terbuat dari tanah liat). Setelah masak periuk yang tadinya berisi dua butir beras itu terisi penuh dengan nasi. Mereka makan nasi dan daging itu, alhasil mereka sangat puas. Lalu raja-raja itu mengatakan ke seluruh masyarakat agar  bersorak-sorai malam itu sambil meneriakan kata ”fafinesu,fafinesu,fafinesu” hingga sinar pagi muncul di ufuk timur.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar